Rabu, 13 Februari 2013

Historiografi Zaman pencerahan: Karya Voltaire & Auguste Comte


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Dilihat dari sudut perkembangan kebudayaan, renaissance sesungguhnya merupakan tonggak sejarah atau awal  jaman modern dari sejarah Eropa Barat, yang ditandai dengan munculnya para tokoh pemikir humanis, termasuk di dalamnya adalah Machiavelli. Mereka itu terdiri dari para kaum intelektual, sastrawan, filosof, ilmuwan, seniman dan sebagainya. Walaupun hanya terdiri dari kelompok kecil saja, namun demikian gagasan-gagasan mereka benar-benar telah membangkitkan  semangat (jiwa) baru dan jaman baru, sehingga mereka itu juga sering disebut dengan istilah kelompok minoritas kreatif. Gagasan-gagasan mereka itu juga menimbulkan semangat kewiraswastaan (enterpreneurship) dalam arti luas, baik dalam bidang keilmuan, perdagangan, sastra, seni, politik, filsafat dan lain sebagainya, sehingga masa itu disebut dengan istilah sebagai jaman kebangkitan. Sebagai contoh yang paling menonjol dalam hal itu adalah munculnya seorang pemikir Rene des Cartes yang terkenal dengan ucapannya “cogito ergosum” yang artinya “saya tahu jadi saya ada.” Maksudnya adalah bahwa pangkal dari eksistensi manusia adalah karena adanya kesadaran dari manusia itu sendiri, dimana segala sesuatunya bersumber dari pada rasio (rasionalisme).
2.    Rumusan Masalah
A.    Apa Saja Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penyimpangan Peradaban Eropa Itu Terjadi?
B.     Bagaimana Pemikiran, Tokoh, dan Karya Historiografi Eropa Zaman Rasionalisme dan Pencerahan Itu?
3.    Tujuan Penulisan
A.    Mengetahui Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penyimpangan Peradaban Eropa Itu Terjadi
B.     Mengetahui Pemikiran, Tokoh, dan Karya Historiografi Eropa Zaman Rasionalisme dan Pencerahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penyimpangan Peradaban Eropa
Dalam bidang kebudayaan, menurut J. Romein seorang filosof Belanda menyatakan bahwa sampai kira-kira tahun 1500an di dunia ini terdapat 3 kebudayaan besar yang bergerak sejajar yaitu kebudayaan India, Asia dan Barat. Namun demikian setelah jaman renaissance dan humanisme peradaban Eropa mengalami penyimpangan dari pola umum, yaitu berkembang dengan pesat meninggalkan peradaban lainnya di muka bumi ini. Sebagai hasilnya adalah bahwa pada abad 19-20 kebudayaan Barat mampu menunjukkan superioritasnya terhadap kebudayaan Timur.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dari pola umum itu adalah sebagai berikut: 
1.    Rasionalisme, yaitu suatu aliran pemikiran yang menganggap bahwa rasio merupakan kekuatan utama, mendasar atau sumber dari peradaban manusia. Rasionalisme timbul sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas daya pikir manusia.
2.    Reformasi, yaitu suatu gerakan religius (Kristen) yang dahsyat dan didorong oleh perkembangan rasionalisme dan humanisme. Sampai tahun 1500an Eropa masih disatukan dalam payung agama Kristen di bawah pimpinan Vatikan di Roma. Menurut ajaran gereja Romawi disebutkan bahwa tidak semua orang boleh dan dapat membaca Injil karena merupakan hak (monopoli) kaum rohaniawan. Sebaliknya kaum rasionalisme mengajarkan bahwa semua orang  dibekali  rasio, sehingga bila mengehendaki dan dengan cara belajar juga memiliki kemampuan membaca Injil. Sehubungan dengan hal itu muncul tokoh-tokoh reformasi yang memprotes monopoli agama oleh gereja Romawi antara lain M Luther King, Zwingli, Calvin, Melanchton dan sebagainya.  Mereka berpendapat dan berjuang bahwa setiap individu boleh membaca dan menterjemahkan Kitab Suci (Injil). Di sinilah nampak penonjolan individu yang dinilai tinggi, sehingga dalam perkembangan selanjutnya memunculkan faham individualisme.
3.    Nasionalisme, yaitu gerakan reformasi dari Luther dan kawan-kawannya menentang gereja di Roma dengan mempropagandakan penterjemahan Injil ke dalam berbagai bahasa agar dapat dibaca dan dipahami oleh setiap orang. Pada waktu itu Injil masih ditulis dalam bahasa Latin, demikian juga dalam upacara-upacara keagamaan juga digunakan bahasa Latin yang sudah merupakan bahasa mati. Sebagai hasilnya terjadilah gerakan penterjemahan Injil dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Portugal, Belanda dan lain sebagainya.  Ternyata gerakan penterjemahan itu juga mendorong munculnya  gerakan-gerakan  nasional, sehubungan dengan setiap bangsa di Eropa ingin menggunakan bahasa mereka masing-masing dalam memahami, menghayati dan mengamalkan agama yang bersumber dari Injil. Sebagai akibat lebih lanjut  muncullah faham nasionalisme di Eropa yang kemudian mendorong menculnya negara-negara nasional. Demikian juga walaupun belum secara terbuka agama Kristen sudah mulai terpecah-pecah menjadi beberapa aliran sebagai akibat perbedaan interpretasi dalam memahami Injil yang sudah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
4.    Ekspansi, yaitu perluasan baik dalam bidang ekonomi, politik, geografis dan kebudayaan pada umumnya dari bangsa Eropa ke seluruh penjuru dunia sejak tahun 1500an. Hal itu terutama didorong oleh ledakan petualangan orang-orang Eropa ke seluruh penjuru dunia dan berhasil menemukan  dan memperkenalkan benua-benua baru bagi bangsa Eropa.  Keberanian mereka itu tidak lain disemangati oleh jiwa enterpreneurship dalam arti yang luas. Tujuannya adalah keinginan untuk kehidupan yang lebih baik dan kemajuan. Beberapa petualang tersebut yang bahkan di anntaranya pernah sampai ke wilayah Indonesia antara lain Marcopolo, Pigavetta, Pinto, Tome Pires dan sebagainya. Laporan para petualang itu ternyata membuka mata bangsa-bangsa Eropa akan adanya dunia lain di luar Eropa dengan peradapan dan kebudayaan yang tidak kalah majunya, antara lain Mesir, Cina, Asia Barat, India dan lain sebagainya. Hal itu selanjutnya membangkitkan kesadaran akan kerelatifan atas kebudayaannya sendiri yang semula dianggap satu-satunya paling baik dan benar.  Oleh karena itu mereka juga terdorong untuk mengkaji kebudayaan mereka sendiri, termasuk tradisi dan religi yang sampai waktu itu masih dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak.[1]

B.  Pemikiran, Tokoh, dan Karya Historiografi Eropa Barat Zaman Rasionalisme dan Pencerahan
Masa zaman rasionalisme dan pencerahan ini berlangsung cukup lama (1500 an) dan pengaruhnya dapat dirasakan banyak tempat. Tetapi tentu bukan perkara mudah melacak  semua historiografi berabad-abad yang luas itu. Disini hanya akan dikemukakan beberapa nama tokoh, yaitu Voltaire dan Auguste Comte.
1.    Voltaire
Voltaire itu sebetulnya nama samaran. Nama yang diberikan bapaknya ketika dia diseret keluar oleh bidan adalah Francois Marie Arouet. Siapa pun panggilannya, yang jelas dia tokoh terkemuka pembaharu Perancis. Fungsinya tidak cuma dwi, tetapi jauh lebih banyak dari itu: penyair, penulis drama, penulis esai, penulis cerita pendek, ahli sejarah, dan filosof. Dia betul-betul juru bicaranya pemikiran bebas liberal. Voltaire lahir tahun 1694 di Paris dari keluarga menengah, dan ayahnya seorang ahli hukum. Di masa mudanya Voltaire belajar di perguruan Jesuit Louis-le-Grand di Paris. Selepas itu dia belajar ilmu hukum sebentar tetapi kemudian ditinggalkannya. Selaku remaja di Paris dia dikenal cerdas, pandai humor tingkat tinggi dan tersembur dari mulutnya kalimat-kalimat satire.
Di bawah ancient regime alias pemerintahan lama, tingkah laku macam itu bisa mengundang bahaya. Dan betul saja! Karena ucapan-ucapannya yang mengandung politik dia ditahan "diamankan" di penjara Bastille. Hampir setahun penuh dia meringkuk di situ. Tetapi dia tidak sebodoh pemerintah yang menjebloskannya. Dia bukannya bengong-bengong seperti orang bego, tetapi disibukkannya dirinya dengan menulis sajak-sajak kepahlawanan Henriade yang kemudian dapat penghormatan tinggi. Tahun 1718, tak lama sesudah Voltaire menghirup udara bebas, drama Oedipe-nya diprodusir di Paris dan merebut sukses besar. Di umur dua puluh empat tahun Voltaire sudah jadi orang termasyhur, dan dalam sisa enam puluh tahun hidupnya dia betul-betul jadi jagonya kesusasteraan Perancis. 
Voltaire punya kepintaran ganda yang langka: pintar dalam hubungan uang dan pintar dalam hubungan ucapan. Tak heran jika setingkat demi setingkat dia menjadi seorang yang hidup bebas dengan kantong penuh uang. Tetapi tahun 1726 dia dapat kesulitan. Voltaire sudah menempatkan dirinya selaku orang yang cerdas dan brilian dalam adu pendapat, bukan saja menurut ukuran jamannya tetapi mungkin untuk ukuran sepanjang jaman. Tetapi, dia kurang supel dan rendah hati yang oleh kalangan aristokrat Perancis dianggap suatu persyaratan yang mesti dipunyai oleh seorang kebanyakan seperti dia.
Hal ini menyebabkan pertentangan antara Voltaire dengan kaum aristokrat, khususnya Chevalier de Rohan yang dikalahkan oleh kecerdasan Voltaire dalam adu kata. Selang beberapa lama, Chevalier mengupah tukang-tukang pukul mempermak Voltaire dan menjebloskannya lagi kedalam penjara Bastille. Voltaire dibebaskan dari situ dengan syarat dia mesti meninggalkan Perancis. Karena itu dia berkeputusan menyeberang ke Inggris dan tinggal di sana selama dua setengah tahun.Tinggalnya dia di Inggris rupanya merupakan titik balik dalam kehidupan Voltaire. Dia belajar bercakap dan menulis dalam bahasa Inggris dan karenanya menjadi terbiasa dengan karya-karya besar orang Inggris masyhur seperti John Locke, Francis Bacon, Isaac Newton dan William Shakespeare. Dia juga berkenalan secara pribadi dengan sebagian besar cerdik cendikiawan Inggris masa itu. Voltaire amat terkesan dengan Shakespeare dan ilmu pengetahuan Inggris serta empirisme, faham yang berpegang pada perlunya ada percobaan secara praktek dan bukannya berpegang pada teori melulu. Tetapi, dari semuanya itu yang paling mengesankannya adalah sistem politik Inggris. Demokrasi Inggris dan kebebasan pribadi memberi kesan yang amat berlawanan dengan apa yang Voltaire saksikan di Perancis. Tak ada bangsawan Inggris bisa mengeluarkan letre de cachet yang dapat menjebloskan Voltaire ke dalam bui. Sebab, kalau toh dia ditangkap secara semena-mena, perintah pembebasan segera diperolehnya. Tatkala Voltaire kembali ke Perancis, dia menulis karya falsafahnya yang pertama Lettres philosophiques yang lazimnya disebut Letters on the English. Buku itu yang diterbitkan tahun 1734 merupakan tanda sesungguhnya dari era pembaharuan Perancis. [2]
Dalam Letters on the English, Voltaire menyuguhkan gambaran umum yang menyenangkan tentang sistem politik Inggris berikut pikiran-pikiran John Locke dan pemikir-pemikir Inggris lainnya. Penerbitan buku itu membikin berang para penguasa Perancis dan sekali lagi Voltaire dipaksa angkat kaki dari Paris.Voltaire menghabiskan waktu lima belas tahun di Cirey, sebuah kota di sebelah utara Perancis. Di sana dia menjadi kekasih Madame du Chatelet, istri seorang marquis (bangsawan). Nyonya ini cerdas dan berpendidikan. Tahun 1750, setahun sesudah sang nyonya meninggal dunia, Voltaire pergi ke Jerman atas undangan pribadi Frederick yang Agung dari Prusia. Voltaire menetap tiga tahun di kediaman Frederick di Potsdam. Mulanya dia cocok dengan Frederick yang intelektual dan brilian itu tetapi tahun 1753 mereka bertengkar dan Voltaire meninggalkan Jerman. Sesudah meninggalkan Jerman Voltaire menetap di sebuah perkebunan dekat Jenewa.
Di situ dia bisa aman baik dari gangguan Perancis maupun raja-raja Prusia. Tetapi, pandangannya yang liberal membuat bahkan Swiss tidak aman lagi baginya. Tahun 1758 pindahlah ia ke suatu perkebunan baru di Ferney, terletak di dekat perbatasan Perancis-Swis, sehingga memudahkan ia lari ke sana atau ke sini andaikata ada kesulitan dengan pihak penguasa. Di situ dia tinggal selama dua puluh tahun, membenamkan diri dalam karya kesusasteraan dan falsafah, bersurat-suratan dengan pemimpin-pemimpin intelektual di seluruh Eropa dan menerima tamu-tamunya. Sepanjang tahun-tahun itu, karya sastra Voltaire mengalir terus tak henti-hentinya. Dia betul-betul seorang penulis dengan gaya fantastis, mungkin penulis yang paling banyak bukunya dalam daftar buku ini. Semua bilang, kumpulan tulisannya melebihi 30.000 halaman. Ini termasuk sajak kepahlawanan, lirik, surat-surat pribadi, pamflet, novel, cerpen, drama, dan buku-buku serius tentang sejarah dan falsafah.Voltaire senantiasa punya kepercayaan teguh terhadap toleransi beragama.
Tatkala usianya menginjak 60-an, terjadi sejumlah peristiwa yang mendirikan bulu roma perihal pengejaran dan pelabrakan terhadap orang-orang Protestan di Perancis. Tergugah dan marah besar, Voltaire mengabdikan dirinya ke dalam "jihad intelektual " melawan fanatisme agama. Kesemua surat-suratnya senantiasa ditutupnya dengan kalimat "Ecrasez l'infame" yang maknanya "Ganyang barang brengsek itu!" Yang dimaksud Voltaire "barang brengsek" adalah kejumudan dan fanatisme. Tahun 1778, ketika umurnya sudah masuk delapan puluh tiga tahun, Voltaire kembali ke Paris, menyaksikan drama barunya Irene. Publik berjubel meneriakinya "Hidup jago tua! Hidup biangnya pembaharuan Perancis!" Beribu pengagum, termasuk Benjamin Franklin, menjenguknya. Tetapi, umur Voltaire sudah sampai di tepi, Dia meninggal di Paris tanggal 30 Mei 1778. Akibat sikap anti gerejanya, dia tidak peroleh penguburan secara Kristen. Tetapi, tiga belas tahun kemudian, kaum revolusioner Perancis yang telah merebut kemenangan menggali makamnya kembali dan menguburnya di Pantheon Paris. 
Karya tulis Voltaire begitu amat banyaknya sehingga sulit membuat seluruh daftarnya di sini meskipun yang kakap-kakapnya saja dalam artikel yang begini singkat. Meskipun begitu banyak karya tulisnya, yang lebih penting sebetulnya gagasan pokok yang dikemukakannya selama hidupnya. Salah satu pendiriannya yang tergigih adalah mutlaknya terjamin kebebasan bicara dan kebebasan pers.
Kalimat masyhur yang sering dihubungkan dengan Voltaire adalah yang berbunyi "Saya tidak setuju apa yang kau bilang, tetapi akan saya bela mati-matian hakmu untuk mengucapkan itu." Meskipun mungkin saja Voltaire tidak pernah berucap sepersis itu, tetapi yang jelas kalimat itu benar-benar mencerminkan sikap Voltaire yang sebenarnya.Prinsip Voltaire lainnya ialah, kepercayaannya akan kebebasan beragama. Seluruh kariernya, dia dengan tak tergoyahkan menentang ketidaktoleransian agama serta penghukuman yang berkaitan dengan soal-soal agama.
Meskipun Voltaire percaya adanya Tuhan, dia dengan tegas menentang sebagian besar dogma-dogma agama dan dengan mantapnya dia mengatakan bahwa organisasi berdasar keagaman pada dasarnya suatu penipuan. Adalah sangat wajar bilamana Voltaire tak pernah percaya bahwa gelar-gelar keningratan Perancis dengan sendirinya menjamin kelebihan-kelebihan mutu, dan pada dasarnya tiap orang sebenarnya mafhum bahwa apa yang disebut "hak-hak suci Raja" itu sebenarnya omong kosong belaka. Dan kendati Voltaire sendiri jauh dari potongan seorang demokrat modern (dia condong menyetujui suatu bentuk kerajaan yang kuat tetapi mengalami pembaharuan-pembaharuan), dorongan pokok gagasannya jelas menentang setiap kekuasaan yang diperoleh berdasarkan garis keturunan. Karena itu tidaklah mengherankan jika sebagian terbesar pengikutnya berpihak pada demokrasi.
Gagasan politik dan agamanya dengan demikian sejalan dengan faham pembaharuan Perancis, dan merupakan sumbangan penting sehingga meletusnya Revolusi Perancis tahun 1789. Voltaire bukanlah seorang ahli ilmu pengetahuan, tetapi dia menaruh minat besar terhadap ilmu dan pendukung gigih sikap pandangan empiris dari John Locke dan Francis Bacon. Dia juga seorang ahli sejarah yang serius dan berkemampuan. Salah satu karyanya yang terpenting ialah buku yang menyangkut sejarah dunia Essay on the Manners and Spirit of Nations. Buku ini berbeda dengan umumnya uraian sejarah yang pernah ada sebelumnya dalam dua segi: Pertama, Voltaire mengakui bahwa Eropa hanyalah merupakan bagian kecil dari dunia secara keseluruhan, karena itu dia menitikberatkan sebagian dari pengamatannya pada sejarah Asia. Kedua, Voltaire menganggap bahwa sejarah kebudayaan adalah --pada umumnya-- jauh lebih penting daripada sejarah politik. Bukunya dengan sendirinya lebih berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan perkembangan seni ketimbang soal raja-raja dengan segala rupa peperangannya. Voltaire bukanlah mendekati filosof orisinal seperti beberapa tokoh yang ada dalam daftar buku ini. Sampai batas tertentu dia bertolak dari pandangan orang lain seperti John Locke dan Francis Bacon, memperkuat pendapat mereka atau mempopulerkan mereka.
Melalui tulisan-tulisan Voltaire-lah, lebih dari siapa pun juga, ide demokrasi, toleransi agama dan kebebasan intelektual berkembang di seluruh Eropa. Meskipun ada penulis-penulis penting lain (Diderot, d'Alembert, Rousseau, Montesquieu dan lain-lain) dalam masa pembaharuan Perancis, Voltaire lebih layak dianggap pemuka dari kesemuanya itu. Dia pemimpin terkemuka dari gerakan itu. Pertama, gaya sastranya yangmenggigit, kariernya yang panjang, dan tulisannya yang begitu banyak menggaet pengikut yang tak tertandingkan oleh penulis-penulis yang mana pun juga. Kedua, gagasan-gagasannya sepenuhnya bercirikan pembaharuan. Ketiga, Voltaire mendahului tokoh-tokoh penting lain dari sudut waktu. Karya besar Montesquieu The Spirit of Law baru terbit tahun 1748; jilid pertama Encyclopedie yang masyhur itu baru terbit tahun 1751; esei Rousseau pertama ditulis tahun 1750. Sedangkan Letters on the English-nya Voltaire sudah muncul tahun 1734 dan dia sudah kesohor enam belas tahun sebelum buku itu keluar.Tulisan-tulisan Voltaire dengan kekecualian novel pendek Candide sedikit sekali dibaca orang sekarang. Kesemua buku-bukunya tersebar dan terbaca luas selama abad ke-18, karena itu Voltaire pegang peranan penting mengubah iklim pendapat umum yang ujung-ujungnya berpuncak pada meletusnya Revolusi Perancis. Dan pengaruhnya tidaklah cuma terbatas di Perancis: orang-orang Amerika seperti Thomas Jefferson, James Madison dan Benjamin Franklin juga kenal baik dengan tulisan-tulisannya. Adalah menarik membandingkan Voltaire dengan teman sejamannya yang masyhur Jean-Jacques Rousseau. Voltaire yang segenap pandangannya rasional. lebih berpengaruh. Sebaliknya, Rousseau lebih orisinal dan karyanya lebih berpengaruh di jaman sekarang ini.

Salah seorang sejarawan terkemuka dari aliran rasionalisme adalah Voltaire (1694-1778) yang semula bernama Francois Arouet. Setelah menyelesaikan studi hukum ia memperluas sendiri studinya , pada bidang sastra, khususnya menjadi penulis pertunjukan tonel, epen (cerita kepahlawanan),  cerita-cerita novel, risalah sastra essays, dan karya-karya historis. Namun demikian akhirnya ia  mencurahkan hampir seluruh hidupnya untuk penelitian dan penulisan sejarah. Salah satu karyanya yang terpenting adalah “Essay Sur les moeurs et L’esprit des nations’ (adat istiadat dan jiwa bangsa-bangsa).  Karya tersebut membuka pandangan baru orang-orang Eropa terhadap kebudayaan di luar Eropa dan cakrawala yang lebih luas lagi mengenai bangsa-bangsa lain. Sebagai penganut rasionalisme Voltaire bertumpu  kepada manusia sebagai pelaku sejarah dalam mencari fakta-fakta dan menyusunnya menjadi kisah sejarah. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa karya Voltaire itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-          Kosmopolitan, yaitu pandangannya yang luas dan tidak terikat pada suatu tempat, bangsa atau suku bangsa tertentu.
-          Universal, yang berarti membicarakan atau membahas manusia secara umum. Gambaran manusia menurut kaum rasionalis (yang sekaligus humanis) adalah bahwa hanya ada satu manusia tanpa perlu membedakan ras maupun kebudayaannya. Kaum rasionalis juga menghendaki agar seluruh umat manusia menjalin suatu persaudaraan yang besar.
-          Karya Voltaire tidak disusun secara kronologis, akan tetapi bersifat tematis, yaitu berisi gambaran gaya hidup atau peradaban manusia yang merupakan trend baru dalam historiografi Eropa pada waktu itu.
-          Bahan-bahan yang dipergunakan untuk menyusun karyanya diperoleh dari karangan atau tulisan-tulisan etnografis, kisah-kisah perjalanan yang dibuat oleh para petualang penjelajah dunia seperti Tome Pires, Pinto, Marcopollo, Baros dan sebagainya. Dengan demikian buku tersebut lebih banyak berisi gambaran atau diskripsi mengenai masyarakat atau suku-suku bangsa yang pernah dikunjungi para petualang seperti Teluk Parsi, Malaka, Cina, Malabar, India dan sebagainya.[3]

 Karya-karya sejarah yang lain dari Voltaire adalah:
-          Histoire de charles XII (1731)
-          Le Siecle de Louis XIV (1751)
-          Histoire de la Guerre de 1741 (1755)
-          Histoire generale depuis Charlemagne jusqu’`a nos jours (1756)
-          Dan yang lebih terkenal adalah “Essai sur les moeurs et l’esprit des nations et sur les principaux faits de l’histoire depuis Charlemagne jusqu’`a Louis XIII
-          Histoire de l’empire de Russie sous Pierre le Grand (1760-1763)
-          Philosophie de l’histoire (1765)
-          Precis du Siecle de Louis XV (1768).
2.    Auguste comte
Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798, keluarganya beragama khatolik dan berdarah bangsawan. Dia mendapatkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena banyak ketidakpuasan didalam dirinya, dan sekaligus ia adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak.
Comte akhirnya memulia karir profesinalnya dengan memberi les privat bidang matematika. Namun selain matematika ia juga tertarik memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat terutama minat ini tumbuh dengan suburnya setelah ia berteman dengan Saint Simon yang mempekerjakan Comte sebagai sekretarisnya.
Kehidupan ekonominya pas-pasan, hampir dapat dipastikan hidupa dalam kemiskinan karena ia tidak pernah dibayar sebagaimana mestinya dalam memberikan les privat, dimana pada waktu itu biaya pendidikan di Prancis sangat mahal. Pada tahun 1842 ia menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Course of Positive Philosophy dalam 6 jilid, dan juga karya besar yang cukup terkenal adalah System of Positive Politics yang merupakan persembahan Comte bagi pujaan hatinya Clothilde de Vaux, yang begitu banyak mempengaruhi pemikiran Comte di karya besar keduanya itu. Dan dari karyanya yang satu ini ia mengusulkan adanya agama humanitas, yang sangat menekankan pentingnya sisi kemanusiaan dalam mencapai suatu masyarakat positifis.
Comte hidup pada masa akhir revolusi Prancis termasuk didalamnya serangkaian pergolakan yang tersu berkesinambungan sehingga Comte sangat menekankan arti pentingnya Keteraturan Sosial. Pada tahun 1857 ia mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan dan kemiskinan namun demikian namanya tetap kita kenang hingga sekarang karena kegemilangan pikiran serta gagasannya.[4]
1.    Konteks Sosial dan Lingkungan Intelektual
Untuk memahami pemikiran Auguste Comte, kita harus mengkaitkan dia dengan faktor lingkungan kebudayaan dan lingkungan intelektual Perancis. Comte hidup pada masa revolusi Perancis yang telah menimbulkan perubahan yang sangat besar pada semua aspek kehidupan masyarakat Perancis. Revolusi ini telah melahirkan dua sikap yang saling berlawanan yaitu sikap optimis akan masa depan yang lebih baik dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebaliknya sikap konservatif atau skeptis terhadap perubahan yang menimbulkan anarki dan sikap individualis.
Lingkungan intelektual Perancis diwarnai oleh dua kelompok intelektual yaitu para peminat filsafat sejarah yang memberi bentuk pada gagasan tentang kemajuan dan para penulis yang lebih berminat kepada masalah-masalah penataan masyarakat. Para peminat filsafat sejarah menaruh perhatian besar pada pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah sejarah memiliki tujuan, apakah dalam proses historis diungkapkan suatu rencana yang dapat diketahui berkat wahyu atau akal pikiran manusia, apakah sejarah memiliki makna atau hanyalah merupakan serangkaian kejadian yang kebetulan. Beberapa tokoh dapat disebut dari Fontenelle, Abbe de St Pierre, Bossuet, Voltaire, Turgot, dan Condorcet. Para peminat masalah-masalah penataan masyarakat menaruh perhatian pada masalah integrasi dan ketidaksamaan. Tokoh-tokohnya antara lain Montesquieu, Rousseau, De Bonald.
Dua tokoh filusuf sejarah yang mempengaruhi Comte adalah turgot dan Condorcet. Turgot merumuskan dua hukum yang berkaitan dengan kemajuan. Yang pertama berisi dalil bahwa setiap langkah berarti percepatan. Yang kedua adalah hukum tiga tahap perkembangan intelektual, pertama, orang pertama menemukan sebab-sebab adanya gejala-gejala dijelaskan dalam kegiatan mahluk-mahluk rohaniah, kedua, gejala-gejala dijelaskan dengan bantuan abstraksi dan pada tahap ketiga orang menggunakan matematika dan eksperimen. Menurut Condorcet, Studi sejarah mempunyai dua tujua, pertama, adanya keyakinan bahwa sejarah dapat diramalkan asal saja hukum-hukumnya dapat diketahui (yang diperlukan adalah Newton-nya Sejarah). Tujuan kedau adalah untuk menggantikan harapan masa depan yang ditentukan oleh wahyu dengan harapan masa depan yang bersifat sekuler. Menurut Condorcet ada tiga tahap perkembangan manusia yaitu membongkar perbedaan antar negara, perkembangan persamaan negara, dan ketiga kemajuan manusia sesungguhnya. Dan Condorcet juga mengemukakan bahwa belajar sejarah itu dapat melalui, pengalaman masa lalu, pengamatan pada kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan peradaban manusia, da menganalisa kemajuan pemahaman manusia terhadap alamnya.
Dan penulis yang meminati masalah penataan masyarakat, Comte dipengaruhi oleh de Bonald, dimana ia mempunyai pandangan skeptis dalam memandang dampak yang ditimbulkan revolusi Perancis. Baginya revolusi nii hanya menghasilkan keadaan masyarakat yang anarkis dan individualis. De Bonald memakai pendekatan organis dalam melihat kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh sekelompok orang yang diterangi semangat Gereja. Individu harus tunduk pada masyarakat.
2.    Comte dan Positivisme
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kamu positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte.
Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Mengikuti pandangan 3 tahap dari Turgot, Simon juga merumuskan 3 tahap perkembangan masyarakat yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode absolutisme dan tahap positif yang mendasari masyarakat industri.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu:
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.
3.    Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Comte termasuk pemikir yang digolongkan dalam Positivisme yang memegang teguh bahwa strategi pembaharuan termasuk dalam masyarakat itu dipercaya dapat dilakukan berdasarkan hukum alam. Masyarakat positivus percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum itu.
Comte juga melihat bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan organisk yang kenyataannya lebih dari sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung. Dan untuk mengerti kenyataan ini harus dilakukan suatu metode penelitian empiris, yang dapat meyakinkan kita bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Untuk itu Comte mengajukan 3 metode penelitian empiris yang biasa juga digunakan oleh bidang-bidang fisika dan biologi, yaitu pengamatan, dimana dalam metode ini peneliti mengadakan suatu pengamatan fakta dan mencatatnya dan tentunya tidak semua fakta dicatat, hanya yang dianggap penting saja. Metode kedua yaitu Eksperimen, metode ini bisa dilakukans ecara terlibat atau pun tidak dan metode ini memang sulit untuk dilakukan. Metode ketiga yaitu Perbandingan, tentunya metode ini memperbandingkan satu keadaan dengan keadaan yang lainnya.
Dengan menggunakan metode-metode diatas Comte berusaha merumuskan perkembangan masyarakat yang bersifat evolusioner menjadi 3 kelompok yaitu, pertama, Tahap Teologis, merupakan periode paling lama dalam sejarah manusia, dan dalam periode ini dibagi lagi ke dalam 3 subperiode, yaitu Fetisisme, yaitu bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Politheisme, muncul adanya anggapan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang mengatur kehidupannya atau gejala alam. Monotheisme, yaitu kepercayaan dewa mulai digantikan dengan yang tunggal, dan puncaknya ditunjukkan adanya Khatolisisme.
Kedua, Tahap Metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dalam akal budi. Ketiga, Tahap Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak mutlak, disini menunjukkan bahwa semangat positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang terus mengalami pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa rasional mengenai data empiris akhirnya akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.
Comte mengatakan bahwa disetiap tahapan tentunya akan selalu terjadi suatu konsensus yang mengarah pada keteraturan sosial, dimana dalam konsensus itu terjadi suatu kesepakatan pandangan dan kepercayaan bersama, dengan kata lain sutau masyarakat dikatakan telah melampaui suatu tahap perkembangan diatas apabila seluruh anggotanya telah melakukan hal yang sama sesuai dengan kesepakatan yang ada, ada suatu kekuatan yang dominan yang menguasai masyarakat yang mengarahkan masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial.[5]
Pada tahap teologis, keluarga merupakan satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisik kekuatan negara-bangsa (yang memunculkan rasa nasionalisme/ kebangsaan) menjadi suatu organisasi yang dominan. Dalam tahap positif muncul keteraturan sosial ditandai dengan munculnya masyarakat industri dimana yang dipentingkan disini adalah sisi kemanusiaan. (Pada kesempatan lain Comte mengusulkan adanya Agama Humanitas untuk menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam masyarakat positif ini).









BAB III
PENUTUP
a.    Kesimpulan
Historiografi zaman rasionalisme dan pencerahan yang di bawa oleh Auguste Comte dan Voltaire itu banyak membawa perubahan bagi bangsa eropa pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda aliran tetapi mereka hakikatnya memiliki tujuan yang sama dalam mengembangkan historiografi pada masa itu.
b.   Saran
Pemakalah menyadari sepenuhnya dalam memaparkan materi banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu pemakalah membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari teman-teman atau pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi











DAFTAR PUSTAKA
Hart, Michael. 1978. Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
http://ekagunawan.blogspot.com/2012/09/Riwayat Hidup Auguste Comte/html






[2] Hart, Michael. 1978. Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.hal. 79.
[4] http://ekagunawan.blogspot.com/2012/09/Riwayat Hidup Auguste Comte/html
[5] http://ekagunawan.blogspot.com/2012/09/Riwayat Hidup Auguste Comte/html

Minggu, 07 Oktober 2012

Kerajaan Inca


BAB II
PEMBAHASAN

Kerajaan Inca


A.    sejarah
Kerajaan Inca adalah sebuah kerajaan kuno yang telah ada sejak ratusan tahun lalu dan musnah ketika bangsa Spanyol memasuki wilayah Amerika Selatan. Suku Inca dengan ibukota Cuzco atau Qosqo, sekarang Peru terletak di sisi paling selatan tepatnya dipegunungan Andes, berakhir pada 1533 masehi. Inca disebut sebagai peradaban “pra-Columbus, artinya sudah ada sejak sebelum kedatangan Christopher Columbus. Selama periode tersebut, Inca menguasai sebagian besar wilayah Amerika Selatan bagian barat. Menurut mitos, dimulai dengan peradaban Inca Manco Capac , yang membawa staf emas disebut ‘tapac-yauri’. Inca diperintahkan untuk membuat Kuil Matahari di tempat staf itu tenggelam ke dalam bumi, untuk menghormati ayah mereka surgawi. Setelah perjalanan panjang, termasuk tur dunia bawah, Inca tiba di Cuzco, tempat mereka membangun candi. Selama perjalanan, salah satu saudara Manco, dan mungkin saudara perempuan, telah berubah menjadi batu ( Huaca ) = “suci suci” /. Dalam versi lain dari legenda ini, bukan muncul dari sebuah gua di Cuzco, saudara kandung muncul dari air Danau Titicaca .
Pada zaman kuno Inca Virachocha putra ‘s Manco Capac tinggal di Pacari-Tampu , hari ini dikenal sebagai Pacaritambo , 25 km (16 mil) selatan Cuzco. Dia dan saudara-saudaranya ( Anca Ayar , Ayar Cachi , dan Ayar Uchu ), dan adik ( Mama Ocllo , Mama Huaco , Raua Mama , dan Mama Cura ) tinggal di dekat Cuzco pada Paccari-Tampu. Menyatukan orang-orang mereka, dan sepuluh ayllu mereka temui dalam perjalanan mereka, mereka mulai menaklukkan suku Lembah Cuzco. Legenda ini juga mencakup motif staf emas, diberikan kepada Manco Capac oleh ayahnya. Account bervariasi, tetapi menurut beberapa versi, Manco muda mengkhianati iri kakak-kakaknya, kejam memperkosa dan membunuh mereka, dan dengan demikian menjadi penguasa tunggal Cuzco.
Orang-orang Inca mulai sebagai suku budaya Killke di wilayah Cuzco sekitar abad ke-12 Masehi. Di bawah kepemimpinan Manco Capac , mereka membentuk negara-kota kecil Cuzco ( Quechua Qosqo). Pada 1438 M, di bawah komando Sapa Inca (pemimpin penting) Pachacuti , banyak modern Peru selatan dikuasai. Cuzco dibangun kembali sebagai sebuah kota besar dan ibukota kerajaan yang baru direorganisasi. Dikenal sebagai Tawantinsuyu, itu adalah sistem federal , terdiri dari pemerintah pusat dengan Inca di kepala dan empat pemerintah provinsi dengan pemimpin yang kuat: Chinchasuyu (NW), Antisuyu (NE), Contisuyu (SW), dan Collasuyu (SE). Kaisar Inca kuat juga diduga telah membangun Machu Picchu , baik sebagai sebuah rumah keluarga atau sebagai mundur liburan.
Pachacuti akan mengirim mata-mata ke daerah-daerah yang ia inginkan dalam bukunya kekaisaran . Mereka kemudian akan melaporkan kembali pada organisasi politik, kekuatan militer, dan kekayaan. Sapa Inca kemudian akan mengirim pesan kepada para pemimpin negeri ini, memuji manfaat dari bergabung dengan kerajaannya. Dia menawarkan hadiah barang mewah seperti tekstil kualitas tinggi, dan berjanji bahwa semua yang tinggal di wilayah-wilayah yang lebih kaya akan material sebagai subjek penguasa Inca. Kebanyakan menerima kekuasaan Inca sebagai fait accompli dan setuju damai. Anak-anak penguasa tetangga ‘akan dibawa ke Cuzco diajarkan tentang sistem administrasi Inca, dan kemudian akan kembali ke tanah asal mereka memerintah. Hal ini memungkinkan Inca untuk mengindoktrinasi anak-anak mantan penguasa ‘ke bangsawan Inca, dan, dengan keberuntungan, menikahi putri mereka ke dalam keluarga di berbagai penjuru kekaisaran.
Itu adalah tradisional untuk Inca putra untuk memimpin pasukan; putra Pachacuti Tupac Inca mulai penaklukan ke utara di 1463, terus mereka sebagai Inca setelah kematian Pachucuti di 1471. yang paling penting adalah penaklukan Kerajaan Chimor , hanya serius Inca’s saingan untuk pantai Peru. Tupac Inca’s kerajaan utara membentang ke modern Ekuador dan Kolombia, dan putranya Huayna Capac ditambahkan wilayah signifikan di selatan. Pada puncaknya, Tawantinsuyu termasuk Peru dan Bolivia , sebagian besar dari apa yang sekarang Ekuador , sebagian besar modern Chile , dan diperluas ke sudut-sudut Argentina dan Kolombia .
Tawantinsuyu adalah tambal sulam bahasa, budaya dan masyarakat. Komponen kekaisaran tidak semua seragam setia, bahkan para budaya lokal semua terintegrasi. Sebagai contoh, Chimú menggunakan uang dalam perdagangan mereka, sedangkan Inca kekaisaran secara keseluruhan memiliki ekonomi berbasis pada pertukaran dan pajak barang mewah dan tenaga kerja. (Dikatakan bahwa Inca pemungut pajak akan mengambil kutu kepala lumpuh dan tua sebagai penghargaan simbolik,.) Porsi Chachapoya yang telah menaklukkan hampir secara terbuka bermusuhan dengan Inca, dan bangsawan Inca menolak tawaran perlindungan dalam kerajaan mereka setelah masalah mereka dengan Spanyol. Mereka berakhir dengan ditaklukkan oleh Francisco Pizarro.
B.     Peradaban Kerajaan atau Suku Inca
a.      Masyarakat Inca 
Dalam Cuzco pada tahun 1589, Don Mancio Serra de Leguisamo – yang selamat terakhir dari penakluk asli Peru – menulis dalam pembukaan nya akan tidak tanpa berlebihan, sebagai berikut (dalam bagian): Kami menemukan kerajaan tersebut dalam keadaan baik seperti itu, dan berkata Inca memerintah mereka dalam] [cara tersebut bijaksana bahwa sepanjang mereka tidak ada pencuri, atau orang jahat, atau pezinah, atau seorang wanita yang buruk mengakui di antara mereka, tidak pula ada orang bermoral. Orang-orang itu pekerjaan yang jujur dan berguna. Tanah, hutan, tambang, padang rumput, rumah dan semua jenis produk yang diatur dan didistribusikan dalam mengurutkan sehingga masing-masing tahu miliknya tanpa orang lain merebut atau menduduki itu, juga ada di sana hukum sesuai menghormati itu . Motif yang mewajibkan saya untuk membuat pernyataan ini adalah debit dari hati nurani saya, karena saya menemukan diri bersalah. Karena kita telah dihancurkan oleh contoh kejahatan kami, orang-orang yang telah pemerintah seperti seperti yang dinikmati oleh penduduk asli. Mereka begitu bebas dari kejahatan atau penguburan berlebihan, serta laki-laki sebagai perempuan, bahwa India yang memiliki 100.000 peso senilai emas atau perak di rumahnya, kiri terbuka hanya menempatkan tongkat kecil ke pintu, sebagai tanda bahwa tuannya sedang keluar. Dengan itu, menurut adat mereka, tidak seorangpun dapat masuk atau mengambil sesuatu yang ada di sana. Ketika mereka melihat bahwa kami menaruh kunci dan anak kunci pintu kita, mereka seharusnya itu dari merasa takut terhadap mereka, bahwa mereka tidak akan membunuh kita, tapi bukan karena mereka percaya bahwa ada orang yang akan mencuri hak milik orang lain. Sehingga ketika mereka menemukan bahwa kami telah pencuri di antara kita, dan orang-orang yang berusaha untuk membuat anak perempuan mereka melakukan dosa, mereka membenci kita.
b.      Politik dan pemerintahan

Kekaisaran Inka dipisahkan menjadi empat bagian bersama-sama dikenal sebagai 'Ttahuantin-suyu' atau "tanah dari empat kuartal" masing-masing diperintah oleh seorang gubernur atau raja muda yang disebut "APU-cuna 'di bawah kepemimpinan pusat' Sapa Inca '. Cuzco adalah ibukota pusat Kekaisaran Inca dari mana Sapa Inca memerintah. Menurut tradisi lisan dari Inca kekaisaran diperintah oleh 14 raja berturut-turut. Raja-raja awal mungkin baik lokal pemimpin ayllus sekitar Cuzco atau mungkin tokoh mitos.  istilah 'ayllu The' mengacu pada pengelompokan penduduk asli Amerika Selatan dan telah diterjemahkan sebagai marga. [3] Istilah ini merupakan kelompok berdasarkan ikatan darah diasumsikan yang beroperasi sebagai unit ekonomi dan sosial. Kekaisaran Inka pada dasarnya ayllus beberapa Andes dikendalikan oleh beberapa ayllus Inca. Sebagai unit ekonomi ayllu yang mewakili kepemilikan kolektif atas tanah serta sumber daya lainnya seperti lembu llama dan sumber air. Keberhasilan dan kepaduan dari ayllus Andes sebagian besar diakibatkan oleh pertanian komunal. Ayllus secara teratur bisa membelah selain karena kesulitan ekonomi, mengabaikan hubungan darah, atau datang bersama-sama dengan ayllus lain dengan siapa mereka tidak silsilah berbagi untuk tujuan diperlukan kerjasama seperti irigasi atau pertahanan.  Meskipun biasa menaklukkan atau pengelompokan ayllus, yang ayllu individu akan tetap utuh bahkan setelah pecahnya kelompok atau kerajaan yang itu milik. Hal ini terutama karena kemandirian ekonomi mereka. Namun menaklukkan ayllus seperti Inca, dengan membangun negara kolektif, mendapatkan kekuasaan ekonomi dan politik dan berkembang menjadi kelas penguasa, tetapi dengan begitu mereka kehilangan swasembada. Ini berarti bahwa kegagalan atau kekalahan negara kolektif berarti runtuhnya kelas penguasa.
Para ayllus Inca yang berbasis di Cuzco, ibu kota kekaisaran, yang dibagi menjadi Hanan-Cuzco (Cuzco atas) dan Hurin-Cuzco (Cuzco lebih rendah). Pemisahan ini, bersama dengan ayllus Andes dikenal sebagai divisi ganda. Kedua belah ayllu akan terpisah dari kebiasaan dan ritus dan akan membentuk unit terpisah di militer tetapi akan tetap hubungan baik satu sama lain sosial, mengambil bagian dalam pesta dan pertempuran mengejek. Dual divisi sebagian besar religius dan simbolis, tetapi memiliki sedikit relevansi ekonomi. [4] Ketika penguasa meninggal, penggantinya dipilih mereka akan menerima semua mereka kekuasaan politik dan hak-hak, sedangkan yang lainnya penguasa keturunan laki-laki menerima semua harta moneter. Proses ini disebut warisan split .
c.       Agama inca
Sementara Inca sering ditoleransi atau memasukkan agama ayllus menaklukkan mereka juga memberlakukan agama negara pada mereka. Kerajaan Inca adalah teokrasi dimana raja Inca, Sapa Inca, adalah keturunan Inti , dewa matahari. Penghargaan diperlukan Inca, terutama sebelum dan setelah pertempuran, untuk dewa tertentu. dan umum festival Regular diselingi dengan buruh dari kekaisaran subyek dengan minuman makanan dan hiburan. Inti Raymi , festival dewa matahari, berlangsung selama sembilan malam, selama Sapa Inca akan memberikan Aqhachicha, bir jagung, untuk Inti pertama, lalu dirinya sendiri, kemudian para bangsawan, dan akhirnya kepada semua orang yang hadir.

d.      Pendidikan inca
Inca digunakan quipu (dibundel string tersirat), untuk tujuan akuntansi dan sensus. Banyak informasi di quipus hidup telah terbukti menjadi data numerik; beberapa nomor tampaknya telah digunakan sebagai label mnemonik, dan warna, jarak, dan struktur informasi quipu yang dibawa serta. Bagaimana menginterpretasikan kode atau data non-numerik masih belum diketahui. Namun, beberapa ulama pelabuhan masih berharap bahwa quipus dicatat bahasa lisan seperti sistem penulisan.  Meskipun account terus quipus, Inca bergantung pada transmisi lisan untuk menjaga dan melestarikan budaya mereka. Inca pendidikan dibagi menjadi dua kategori yang berbeda: pendidikan kejuruan untuk Inca umum, dan pelatihan formal bagi kaum bangsawan.
e.       Seni dan teknologi inca
Arsitektur Inca adalah yang paling penting dari seni Inca, tembikar dan tekstil dengan motif yang mencerminkan pada ketinggian mereka dalam arsitektur. Contoh utama adalah ibu kota Cuzco. Situs hati dari Machu Picchu dibangun oleh para insinyur Inca. Inca batu candi yang dibangun tanpa menggunakan mortir namun batu cocok sama begitu baik sehingga seseorang tidak bisa muat pisau melalui batu tersebut. Batuan yang digunakan dalam konstruksi adalah sculpted agar sesuai bersama persis dengan berulang kali menurunkan batu ke lain dan ukiran pergi semua bagian di bawah di mana debu batu itu dikompresi. Fit ketat dan cekungan pada batuan yang lebih rendah membuat mereka sangat stabil. Di daerah dengan sumber daya batu yang lebih sedikit, bangunan dibangun dengan menggunakan bahan seperti adobe bata lumpur, yang kemudian akan dibahas dalam semen dan dicat untuk daya tahan tambahan. Pada akhir penyelesaian Inca dari Tambo Colorado , misalnya, warna sering digunakan dalam bentuk strip horisontal warna merah, hitam, putih, dan kuning oker atas plesteran, dan variasi warna akan menonjolkan fitur arsitektur seperti ceruk.
Inca memiliki luas sistem jalan yang terdiri dari dua jalan utama seperti yang dijelaskan dalam kutipan berikut dengan Cieza de Léon: “The Inca membangun dua jalan panjang negara. The Road Royal pergi melalui dataran tinggi untuk jarak 3.250 mil, sedangkan mengikuti Jalan Pesisir pantai untuk 2.520 mil “.
f.       Pertanian Inca
Inca tinggal di daerah pegunungan, yang tidak baik untuk pertanian. Untuk mengatasi masalah ini, teras dipotong menjadi lereng curam, yang dikenal sebagai Andenes, dalam rangka untuk menanam tanaman. Mereka juga menggunakan irigasi . Mereka tumbuh jagung , quinoa , labu , tomat , kacang tanah , cabai , melon , kapas , dan kentang . Meskipun mereka semua pertanian itu penting, sumber makanan utama mereka adalah kentang , tidak seperti Maya dan Aztec , sumber makanan utamanya adalah jagung . Inca adalah peradaban pertama untuk menanam dan panen kentang. Quinoa juga merupakan tanaman utama. Mereka akan menggunakan bibit mereka untuk membuat makanan yang berbeda.
Inca adalah peradaban pertama yang menggunakan metode beku-kering penyimpanan. Mereka akan meninggalkan kentang luar dalam dingin, lalu menginjak-injak mereka di pagi hari untuk mendorong keluar air, dan memungkinkan mereka untuk kering di bawah sinar matahari. Proses ini akan diulangi 3 atau 4 kali, sampai kentang kering siap untuk penyimpanan. Pada titik ini mereka disebut chuño .
g.      Penemuan Matematika dan obat-obatan
Teknologi Inca penting adalah Quipu , yang melilit kumpulan dari string yang digunakan untuk merekam informasi, sifat yang tepat dari yang tidak diketahui lagi. Awalnya ia berpikir bahwa Quipu digunakan hanya sebagai alat mnemonik atau untuk merekam data numerik.  Suku Inca tidak memiliki besi atau baja, tetapi mereka telah mengembangkan sebuah paduan dari perunggu lebih tinggi dari musuh-musuh mereka dan Mesoamericans kontemporer. Negara-negara Andes sebelum Inca digunakan perunggu arsenik yang terbaik. Suku Inca diperkenalkan ke Amerika Selatan kaleng / paduan tembaga yang saat ini umumnya terkait dengan “Zaman Perunggu” metalurgi.
h.      Struktur  Militer
Setiap laki-laki di bawah kekuasaan Inka mampu layanan militer tunduk pada konsep baik untuk tujuan kampanye atau layanan permanen. hukuman disiplin ketat ditawarkan dalam bentuk eksekusi kambing atau penyalahgunaan warga sipil oleh tentara saat berbaris itu. Petugas terdiri dari dua kelas: semakin tinggi peringkat petugas adalah anggota dari kasta Inca berkuasa, diberikan posisi dan dibebaskan dari upeti sementara lebih rendah peringkat petugas yang memimpin di sebagian besar penduduk laki-laki 50 dipromosikan oleh Inca peringkat lebih tinggi dan tidak dibebaskan dari layanan.  
i.        Senjata, baju besi, dan perang  tentara Inca
Suku Inca yang digunakan senjata dan perang dengan peradaban lain di daerah tersebut. Pasukan Inca yang paling kuat di daerah itu pada waktu itu, karena mereka bisa mengubah sebuah desa petani biasa atau menjadi tentara, siap untuk bertempur. Hal ini karena setiap Inca laki-laki harus mengambil bagian dalam perang setidaknya sekali sehingga harus siap untuk perang lagi bila diperlukan.  Mereka pergi ke pertempuran dengan pemukulan genderang dan meniup terompet. Baju besi digunakan oleh Inca termasuk:  
-          Helm yang terbuat dari kayu, rotan atau kulit binatang
-          Round perisai yang terbuat dari kelapa dan kapas
-          Kapas cloak dan pelat logam di atas payudara dan bahu
-          Armor untuk perlindungan akibat panah dan panah
Inca persenjataan termasuk:
-          Perunggu atau tulang-tip tombak atau tombak  
-          Knobbed Klub
-          Dua tangan kayu pedang dengan tepi bergerigi (berlekuk dengan gigi, seperti melihat a)
-          Klub dengan batu dan besi berduri kepala
-          Sling kayu dan batu
-          Batu atau tembaga menuju pertempuran-sumbu
-          Boleadoras atau Ayllos – batu terikat pada ujung tali untuk berayun pada musuh (juga digunakan dalam berburu)
Sistem Inca jalan diperbolehkan untuk gerakan yang sangat cepat oleh tentara Inca. Shelter disebut tambos dibangun hari dalam perjalanan jarak satu sama lain, sehingga tentara pada kampanye selalu bisa makan dan beristirahat bila lelah. Jalan-jalan juga memungkinkan pelari untuk membawa pesan-pesan jarak jauh setiap hari, memungkinkan sistem pesan cepat. Pelari akan membawa pesan ke pelari lain yang kemudian akan mengambil pesan ke satu sampai pesan itu telah mencapai tujuannya. Sebuah pesan dapat perjalanan hingga 240 kilometer setiap hari, kemudian perjalanan kembali.
Penelitian ilmiah oleh Yale
Menurut Yale University ‘s Peabody situs Museum: “The koleksi artefak dari Machu Picchu di Yale yang digali oleh Hiram Bingham selama ekspedisi bersejarah Peru nya 1912 Picchu. Machu bukan terkenal situs baik itu, dan Peru Sipil Kode 1852 , yang berlaku pada waktu itu, mengijinkan finders artifak tersebut untuk menjaga mereka. Sebuah keputusan presiden otorisasi penggalian Bingham (tetapi tidak menggantikan otoritas hukum perdata) berisi ketentuan yang memungkinkan dia untuk membawa material ke Yale untuk studi ilmiah, dan Peru memberikan hak untuk meminta dia kembali tertentu “unik” atau “duplikasi” objek, yang tidak latihan pada periode berikutnya. ”
Sejarahwan mencatat, Inca dengan raja terakhir Atahualpa disebutkan tewas karena terbunuh oleh tentara Spanyol bernama Francisco Pizarro. Karena sejak peperangan tersebut selama 400 tahun, Inca yang disebut juga kota benteng hilang dari peradaban sejarah. Hingga pada pertengahan 1911 banyak orang menganggap cerita yang turun temurun ini hanyalah dongeng dikalangan suku indian.
Penemuan suku Inca berhasil terungkap berkat ekspedisi yang dilakukan oleh Profesor Hiram Bingham dari Yale University. Dalam perjalanan penjelajahan yang berlangsung Juni 1911, Bingham diikuti staf dan asisten pembantunya, melakukan penelusuran ke jalur yang belum pernah dilewati, yakni lembah Urubamba yang terletak diwilayah selatan Peru. Penemuan berumla dari petunjuk seorang pemilik penginapan kecil yang menunjukkan sisa-sisa peninggalan suatu suku. Baru ketika dicari petunjuk lain dengan menyusuri wilayah gunung maka ditemukanlah kota hilang suku Inca yang berada di pegunungan Andes.
Perpaduan kebudayaan
Meski telah hampir 100 tahun penemuan peradaban Inca terkuak, hingga kini masih banyak misteri yang belum terungkap. Jumat (15/3) peneliti dari Peru kembali melaporkan ditemukannya puing-puing bekas jalan, candi kuno, dan sistem irigasi yang dibuat pada awal berdirinya kota kerajaan Inca, Cuzco. Candi yang baru ditemukan ini menurut peneliti merupakan kebudayaan yang ada sebelum suku Inca melekat di Peru. Dilokasi ini ditunjukkan adanya pelaksanaan ritual kepercayaan dan juga perlakuan militer. Ahli arkeolog Inca, Oscar Rodriguez mengatakan ada 11 kamar yang didalamnya tersimpan mumi dan patung. Bangunan ini sebagiannya adalah hasil renovasi bangunan lama yang disebut umurnya jauh lebih tua dari suku Inca sendiri. “Ini adalah perpaduan antara suku Inca dan kebudayaan suku sebelumnya, ini adalah konsekuensi,” ujar Washington Camacho, direktur Sacsayhuaman Archaeological Park. Bangunan ini diubah dari arsitektur sebelumnya yang itu adalah lebih kuno dibanding Inca.
Kebudayaan yang kejam
Peneliti menduga, ada kesamaan antara suku-suku yang tinggal diwilayah tersebut sama dengan kebudayaan Inca waktu berdiri. Suku ini kemungkinan menjadi penyembah matahari dan memiliki tradisi yang kejam. Setelah Inca muncul dan mengalahkan suku tersebut, maka warisan kebudayaan yang sama membuat Inca merenovasi dan membuat kepercayaan pada para dewa semakin kuat. Penemuan ini terungkap berdasarkan penemuan mumi anak-anak berusia 15 tahun yang diperuntukkan bagi sang dewa. Dari helai-helai rambut yang ada diketahui bahwa anak tersebut digemukkan sebelum dikorbankan.
“Kami mempelajari sejarah dari rambut anak ini untuk mengetahui cerita masa lalu,” ujar Andrew Wilson, seorang arkeolog di Universitas Bradford, Inggris dalam temuannya yang ditulis di Proceedings of the National Academy od Sciences, pada tahun lalu. Pengukuran radio isotop yang ada memperlihatkan, setahun sebelum anak tersebut dikorbankan, mereka diberi makanan mewah seperti daging dan jagung. Makanan ini adalah pengganti jenis makanan karbohidrat seperti kentang yang biasa dimakan oleh anak ini. Tiga atau empat bulan sebelum dikorbankan, ritual anak ini lebih mengerikan. Tumbal yang sudah siap dibawa ke gunung dan pada periode itu diberi makan yang dicampur dengan racun. Bukti-bukti kematian mumi kecil yang dinamai Llullaillaco Boy ini sangatlah tragis. Selain racun juga ditemukan adanya indikasi kandungan obat halusinasi. Anak sebagai tumbal ini oleh peneliti diduga mati bukan karena racun melainkan karena suatu tragedi penyiksaan secara perlahan akibat halusinasi. Ini terbukti dari temuan pakaian yang melilit ketat dan tulang rusuk yang patah serta tulang panggul yang bergeser.



DAFTAR PUSTAKA

Ø  http://mohat.blogdetik.com/2010/06/23sejarah peradaban bangsa aztec, inca, dan maya/